Sebagian besar kosakata bahasa Indonesia sekarang ini berasal dari bahasa Melayu dulu yang telah berproses sejak ratusan tahun yang lalu. Dua kalimat bahasa Melayu yang diketahui digunakan pada abad ke-15 ini menjadi contoh, yaitu apenamaito dan sudan macan? Kita akan kesulitan untuk memahami kedua kalimat ini, tapi akan mudah jika dipahami dengan bahasa Indonesia sekarang yang artinya “apa nama itu“ dan “sudah makan“? Tercatat masih ratusan ribu lagi kata atau kalimat Melayu yang telah menjadi bahasa Indonesia yang kita gunakan sehari-hari. Dengan kata lain, tidak salah jika dikatakan bahwa bahasa Indonesia merupakan bagian dari bahasa Melayu, mempertahankan bahasa Indonesia berarti juga mempertahankan keberadaan bahasa Melayu, dan dikarenakan Melayu identik dengan Islam maka mempertahankan bahasa Melayu dan juga mempertahankan bahasa Indonesia adalah sebuah bentuk jihad.
Apa
alasan jihad itu? James T Collins penulis buku Malay, World Languange: a
short history yang telah diterjemahkan dan diterbitkan ke dalam bahasa
Indonesia dengan judul Bahasa Melayu Bahasa Dunia: Sejarah Singkat
menyatakan bahwa bahasa Melayu berkembang dari tempat asalnya pada masa
prasejarah di Kalimantan Barat hingga menyebar dengan cepat ke Sumatra,
Semenanjung Malaya, Jawa bagian utara, Kalimantan bagian utara dan
timur, Filipina Barat, serta Indonesia bagian timur. Melayu yang identik
dengan Islam terlihat dari batu nisan orang Islam yang ditulis pada
1380 ditemukan di dekat Minye Tujoh (Sumatra Utara).
Bahasa
Melayu dalam tulisan dengan bentuk tulisan Arab Melayu atau Jawi juga
menjadi bahasa surat-menyurat oleh kesultanan-kesultanan dan kerajaan di
nusantara, dari Aceh, Jawa, sampai Ternate. Juga dalam peperangan
melawan Portugis dan Belanda, kesultanan-kesultanan dan
kelompok-kelompok pejuang Islam yang bersekutu melawan penjajahan kaum
kafir menggunakan bahasa Melayu sebagai alat mereka berkomunikasi, baik
dalam bertutur, melakukan surat-menyurat, maupun membuat hikayat dan
syair-syair pengobar semangat perang melawan penjahah, sehingga bahasa
Melayu identik sebagai bahasa umat Islam nusantara.
Seperti
penjelasan James T Collins di bukunya tersebut bahwa ada sebuah
hikayat, yaitu Hikayat Tanah Hitu, yang ditulis dalam tulisan Arab
Melayu ditulis oleh Imam Rijali, pemuka agama dari pelabuhan Islam di
Hitu, di Pulau Ambon. Hikayat ini merupakan sejarah atas kisah nyata
Imam Rijali yang mencari bantuan untuk orang-orang Muslim di Ambon yang
berperang melawan Belanda.
Selain
itu, ada pula seorang penulis Melayu dari Sultan Makassar, Encik Amin,
yang menulis syair sejarah bersajak (aaaa), Sya`ir Perang Mengkasar,
yang menceritakan perang Makassar melawan Belanda dan sekutunya secara
mendetail. Banyak yang menuliskan bahwa syair ini sangat dipengaruhi
oleh syair percobaan Hamzah Fansuri pada abad ke-16. Juga begitu kuat
pengaruh dan kejayaan bahasa Melayu di nusantara yang identik sebagai
bahasa kaum Muslimin pada masa penjajahan Belanda membuat penjajah harus
ikut serta menyediakan naskah-naskah dalam bahasa Melayu untuk orang
Kristen, khususnya di Ambon. Ini dikarenakan dalam pertemuan antara
orang Belanda dan penduduk asli Ambon yang beragama Kristen, orang-orang
Belanda tersebut mendengar pengaduan penduduk bahwa tetangga mereka
yang Muslim mengejek mereka yang memeluk Kristen karena tidak memiliki
buku berbahasa Melayu.
Islam
yang memiliki sejumlah naskah ini adalah keinginan kaum muslim di
Ambon. Maka, orang-orang Kristen di Ambon ini mengatakan kepada
orang-orang Belanda, “Apakah Kristen tidak mempunyai naskah dalam Bahasa
Melayu?“ Setelah diusahakan beberapa kali, Belanda mulai menyediakan
naskah dalam bahasa Melayu untuk orang Kristen di Ambon. Ini baru tiga
contoh, masih banyak lagi contoh-contoh yang lain.
Lalu,
kini muncul gagasan yang sudah mulai diterapkan di beberapa sekolah
dengan status rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI), khususnya
di Ibu Kota, yaitu menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar
dalam proses pembelajaran, bukan lagi bahasa Indonesia. Padahal, dari
hasil penelitian, penerapan itu tidak berdampak pada kualitas murid.
Jika penggunaan bahasa Inggris dimaksudkan untuk membawa anak didik agar
dapat bertutur dengan bahasa Inggris maka tahukah mereka jika
Pemerintahan Kerajaan Malaysia sekarang sedang khawatir karena umumnya
pelajar mereka di tingkat SLTP kesulitan bertutur dengan bahasa Melayu
dan berusaha dengan keras mengembalikan Bahasa Melayu sebagai bahasa
tutur mereka jika tidak ingin identitas mereka sebagai sebuah etnis,
sebuah bangsa menjadi punah? Tahukah mereka bahwa bahasa Melayu telah
mempertahankan kedudukannya sebagai bahasa yang paling berpengaruh di
Asia Tenggara dan satu dari lima bahasa dunia yang mempunyai jumlah
penutur terbesar. Bahasa Melayu merupakan bahasa nasional satu-satunya
dari empat negara: Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Lebih
dari sejuta penutur bahasa Melayu bermukim di Thailand, sementara
minoritas lebih kecil bermukim di Birma, Sri Langka, Australia, dan
Belanda. Bahasa Melayu juga tetap menjadi bahasa penunjang dalam
pendidikan Islam di Kamboja dan Vietnam, sebagian bahasa penghubung di
ujung barat Papua Nugini, serta menjadi lambang tradisi komunitas Melayu
di masyarakat Afrika Selatan.
Bahasa
Melayu dipelajari di universitas di delapan negara Eropa dan dua negara
di Amerika Utara, Beijing, Bangkok, Kazakstan, Osaka, Auckland, Pusan,
Tasmania, dan Cebu City. Sedangkan, komunitas sarjana internasional
yang mengkhususkan diri pada bahasa Melayu, antara lain, penduduk di
Italia, Tanzania, Estonia, Israel, India, Republik Ceko, Swiss, Belanda,
Rusia, Irlandia, Jerman, Taiwan, Finlandia, Thailand, Prancis, dan juga
ratusan sarjana Asia Tenggara yang mewakili 200 juta penutur bahasa
Melayu di daerah mereka. Apalagi, jika membaca sejarah di atas, sekali
lagi berbahasa Indonesia atau Melayu adalah sebuah jihad sebagai wujud
cinta Tanah Air dan bangsa ini yang identik dengan Melayu dan Melayu
identik dengan Islam.
Oleh Rakhmad Zailani Kiki
Koordinator Pengkajian JIC
Sumber : http://islamic-center.or.id/berita/jakarta-islamic-center/969-jihad-dengan-bahasa-indonesia.html